Syirik Pada Zaman Jahiliyah dan Tindakan Pencegahannya
Bersama Pemateri :
Ustadz Abu Haidar As-Sundawy
Syirik Pada Zaman Jahiliyah dan Tindakan Pencegahannya merupakan rekaman ceramah agama dan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh: Ustadz Abu Haidar As-Sundawy dalam pembahasan Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad karya Syaikh Shalih Fauzan hafidzahullah. Kajian ini disampaikan pada 1 Rabbi’ul Awwal 1440 H / 09 November 2018 M.
Status Program Kajian Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I`tiqad
Status program kajian Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I`tiqad: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Jum`at, pukul 16:30 - 18:00 WIB.
Download mp3 kajian sebelumnya: Apa itu Syirik?
Kajian Tentang Syirik Pada Zaman Jahiliyah dan Tindakan Pencegahannya – Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad
Syirik adalah sebesar-besarnya dosa. Allah mengabarkan tidak ada ampunan bagi orang yang berbuat syirik bila dia tidak taubat dari perbuatan syiriknya dan terbawa sampai mati. Padahal Allah telah mewajibkan sifat rahmat pada diriNya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan bahwa Allah sangat cinta kepada hamba-hambaNya melebihi rasa cinta seorang ibu yang sedang disusuinya. Tapi kenapa Allah yang Maha Rahman, Maha Rahim, yang Ghafur, yang Wahhab, yang Karim, sampai tidak mau mengampuni orang yang berbuat syirik apabila orang itu tidak bertaubat. Semuanya itu mewajibkan kita untuk memeliki rasa takut yang besar. Takut terjerumus dalam perbuatan syirik lalu kita berhati-hati jangan sampai terjerumus kedalam dosa yang besar ini. Lalu rasa takut yang besar dalam diri kita ini harus mendorong kita untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan syirik untuk dihindari. Karena syirik adalah seburuk-buruk keburukan, sejelek-jelek kejelekan, sedzalim-dzalim kedzaliman. Allah berfirman:
…إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ ﴿١٣﴾
“…sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar“.” (QS. Luqman[31]: 13)
Disebut sebagai kedzaliman bahkan kedzaliman yang terbesar, sebab syirik menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
…فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّـهِ أَندَادًا وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ ﴿٢٢﴾
“...janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah[2]: 22)
Syirik juga bertolak belakang dengan tujuan utama diciptakannya jin dan manusia ke alam jagad raya ini. Allah subhanahu wa ta’ala mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan baik orang Arab ataupun orang selain arab di muka bumi berada dalam keadaan seburuk-buruk keadaan. Mereka menyembah kepada selain Allah. Semangat menyembahnya besar, tapi tidak tahu siapa yang harus mereka sembah, tidak tahu bagaimana mereka harus menyembah secara benar. Akhirnya ada yang menyembah berhala, patung, pohon, batu, api, bintang, bulan, menyembah orang, bahkan menyembah setan. Mereka berada dalam segelap-gelap kesesatan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
لَقَدْ مَنَّ اللَّـهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ ﴿١٦٤﴾
“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali-Imran[3]: 164)
Diantara mereka karena kebingungan, ada yang menyembah batu yang dipahat, patung yang ditegakkan, mereka berdiri, wukuf, berdo’a, berthawaf dan berkurban dengan menyembelih binatang yang mereka miliki bahkan ada juga yang mengorbankan anak mereka untuk berhala. Hal ini diisyaratkan oleh Allah dalam firmanNya:
وَكَذَٰلِكَ زَيَّنَ لِكَثِيرٍ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ قَتْلَ أَوْلَادِهِمْ شُرَكَاؤُهُمْ …
“Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka…” (QS. Al-An’am[6]: 137)
Sesembahan Nasrani
Orang-orang Nasrani, mereka pun juga kebingungan dengan apa yang harus mereka lakukan untuk menyalurkan hasrat menyembah mereka. Mereka tersesat dan menjadikan sesembahan mereka menjadi tiga. Ada tiga oknum yang mereka sembah. Lalu mereka balik menuduh bahwa orang Islam menyembah sembilan puluh sembilan Tuhan. Padahal dalam Islam, dzatnya satu namun namanya banyak. Kalau trinitas, namanya adalah tiga dan dzatnya pun berjumlah tiga. Tentu ini berbeda dengan Allah. Allah memiliki asma’ul husna lebih dari sembilan puluh sembilan. Tidak ada yang tahu jumlah yang sebenarnya. Tapi itu sekedar beragamnya nama untuk satu dzat. Dzatnya tetap Allah subhanahu wa ta’ala. Setiap nama memiliki sifat dan banyaknya nama bagi satu dzat menunjukkan Allah memiliki sifat yang agung. Orang Nasrani juga menjadikan rahib dan pendeta meraka sebagai pembuat aturan yang ditaati. Hidup mereka berada dalam kesesatan. Mereka tidak tahu siapa yang sebenarnya harus disembah.
Sesembahan Yahudi
Demikian juga orang-orang Yahudi yang telah banyak menebar kerusakan di muka bumi dan menyalakan api fitnah dikalangan manusia. Mereka telah melanggar janji-janji yang mereka tunaikan kepada Allah. Mereka bermain-main dengan nash-nash wahyu dari Allah yang ada dalam kitab mereka dan merubah dari makna yang sebenarnya. Mereka pun tersesatkan.
Sesembahan Majusi
Ada lagi kelompok ketiga yang menyembah api. Yaitu Majusi. Mereka menganggap ada dua pencipta di alam jagad raya ini. Pertama adalah Allah sebagai pencipta kebaikan. Kedua adalah iblis sebagai pencipta keburukan. Mereka berkata bahwa Allah tidak mungkin menciptakan keburukan. Yang menciptakan keburukan adalah sesuatu yang buruk pula. Tentu ini adalah kesalahan. Karena baik yang menciptakan kebaikan dan keburukan hanya satu. Yaitu Allah subhanahu wa ta’ala. Allah menciptakan kebaikan kaerna untuk kebaikan makhlukNya, Allah menciptakan keburukan juga karena hikmah dan tujuan yang begitu agung yang akan lahir dari keburukan tersebut. Baik yang menciptakan kebaikan ataupun keburukan adalah Allah.
Jadi orang-orang Majusi meyakini ada dua pencipta. Makanya orang-orang Qadariyah disebut sebagai Majusinya umat Islam. Hal ini karena orang Qadariyah adalah orang yang menolak adanya takdir dan meyakini dua pencipta. Allah sebagai pencipta makhluk dan makluk itu sendiri sebagai pencipta bagi amal mereka masing-masing. Kita ciptaan Allah dan kita sendiri menciptakan amalan-amalan yang kita lakukan. Itulah kata Qadariyah. Mereka menganggap bahwa apa yang menimpa kita nanti, esok, lusa dan seterusnya tidak ditakdirkan oleh Allah tapi bergantung pada rencana kita sekarang. Bukan takdir Allah. Kita yang menciptakan masa depan kita. Itu kata Qadariyah. Padahal Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَاللَّـهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ ﴿٩٦﴾
“Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan menciptakan apa yang kamu perbuat itu”.” (QS. Ash-Shaffat[37]: 96)
Tapi Qadariyah berpendapat bahwa amalan kita adalah ciptaan kita. Dan itu serupa dengan keyakinan Majusi. Maka dari itu berkata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa Qadariyah adalah Majusinya umat ini.
Sesembahan Shabi’un
Ini adalah kelompok yang keempat sebelum Islam datang atau sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus. Mereka adalah kelompok Shabi’un yang menyembah bintang-bintang di langit beserta planet-planet yang ada dan meyakini bahwa planet, bintang memiliki pengaruh kepada nasib manusia, mempunyai efek terhadap harga-harga barang, masalah ekonomi, kondisi politik, sosial dan ekonomi manusia. Maka lahirlah ramalan yang didasarkan kepada bintang, kepada bulan lahirnya manusia dan yang sejenisnya.
Sesembahan Ad-Dahriyah
Kelompok ini tidak memiliki agama yang mereka yakini, satu-satunya agama dan Tuhan bagi mereka adalah waktu. Mereka berkata, “Tidak ada yang bisa membinasakan kita kecuali hanya waktu.”
Jadi, minimal manusia terbagi dalam lima kelompok sebelum Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kelima kelompok ini menempuh jalan hidup yang kelam, jalan hidup yang sesat, jalan hidup dengan seburuk-buruk konsep hidup yang bisa diterapkan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallah diutus ketengah manusia yang memiliki beragam aqidah, keyakinan dan sesembahannya. Merekalah orang-orang Juhala’, orang-orang yang buta mata hatinya, orang yang sesat jalan hidupnya. Lalu Allah menyelamatkan siapaun yang menerima dakwah beliau, yang memenuhi ajakan beliau, yang mau berpindah atau hijrah dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Lalu mereka pun kembali kepada agama yang hanif (lurus), yang sesuai dengan fitrah mereka, itulah millahnya Ibrahim alaihimush shalatu was salam. Lalu terkikislah semua keinginan untuk menyembah berhala dan terberantaslah semua syirik dan kufur, ditancapkanlah bendera tauhid yang mencakup larangan terhadap seluruh jenis syirik besar ataupun kecil bahkan jalan-jalan menuju perbuatan syirik telah diberikan peringatan sejak dini. Sejak masih berupa syirik kecil pun sudah dilarang.
Agar Tidak Terjerumus Kedalam Perbuatan Syirik
Diantara beberapa tindakan preventif, yaitu beberapa larangan tidak boleh dilakukan dan tidak boleh diucapkan karena ucapan itu merupakan syirik kecil yang bila dibesarkan bisa menuju kepada syirik besar.
Apa sajakah tindakan preventif untuk mencegah manusia agar tidak terjerumus kedalam perbuatan syirik besar?
Simak Kajian Lengkapnya, Download dan Sebarkan mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Apa itu Syirik? – Kitab Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad
Podcast: Play in new window | Download
Mari raih pahala dan kebaikan dengan membagikan tautan ceramah agama ini ke Jejaring Sosial yang Anda miliki seperti Facebook, Twitter, Google+ dan yang lainnya. Semoga Allah Ta’ala membalas kebaikan Anda.
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45187-syirik-pada-zaman-jahiliyah-dan-tindakan-pencegahannya/